Friday, June 24

Kenapa.

Kalau ada orang yang datang dan bertanya tentang alasan-alasan kita melakukan hal-hal yang tiap hari kita lakukan, kita dibuat terpaksa berfikir untuk hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita pikirkan alasan tepatnya, atau mungkin ada alasan tepat untuk semua hal tidak penting itu, tapi kita tidak pernah betul-betul mau memikirkannya. Simply because its just us. Lalu kenapa orang itu bertanya ? Saya pikir karena hal-hal yang mereka pertanyakan itu terlihat begitu politis bagi mereka. Sementara buat kita sendiri, “itulah aku”, mengalir begitu saja. Dan kenapa pula beberapa orang mau saja repot berfikir untuk menjawab pertanyaan semacam itu (termasuk saya sendiri). Terjebak situasi dimana kita harus memikirkan asumsi dan merangkai kalimat yang tepat, dan akhirnya tetap saja terdengar sangat politis.

Saya sudah cukup pembelajaran mengenai yang satu ini. Cukup lama sampai saya mendapat jalan keluar. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan seperti ;
Kenapa pantai dan senja hari ?
Kenapa ganja ketimbang rokok ?
Kenapa menjadi seorang agnostic ?
Kenapa tidak pernah memanggil seseorang dengan sebutan, ‘sahabat’ ?
Dan ‘kenapa-kenapa’ yang lain, akan saya jawab dengan… “kenapa tidak”, diakhiri dengan senyum ringan yang tulus :)

Energi yang selama ini terbuang percuma untuk membuat rumusan-rumusan teori prinsip hidup, bisa lebih saya fokuskan pada hal-hal kecil yang menyenangkan. Tapi selalu saja, ‘kenapa-kenapa’ itu pasti saya ladeni juga. Hah…

0 Comments:

Post a Comment

<< Home