Monday, November 7


Beautiful morning.
Hal terbaik dari beberapa hari hidup dalam perasaan tegang dan khawatir adalah melarikan diri ke salah satu tempat yang sudah kuanggap seperti surga sampai saat ini. Mulanya hanya rencana. Dan aku pikir, seperti rencana-rencana lainnya, maka yang satu ini juga bisa saja tidak luput dari kegagalan. Lebih lagi karena syaraf-syarafku bisa dengan gampang disulut 'api' belakangan ini.
Tapi justru mereka semakin mendesak untuk diredam.
Malam sebelum hari raya lebaran kuhabiskan dengan bersenang-senang dengan beberapa teman baru. Takbiran di lantai dansa kata mereka, haha.
Di 2 club yang pemandangannya bisa membuat mules isi perut kaum adam biasanya, yang letaknya berseberangan itu, aku menghentakkan kedua kakiku bergantian atau menyeretnya bergantian ke kiri dan kekanan. Tergantung musik. Atau kugerakkan saja kepalaku seenaknya sambil menggoyang-goyangkan bahu. Sekali lagi tergantung musik.
Dari club yang pertama ke club yang ke dua. Aku berdansa sendirian dan semakin menggila. Kadang aku di tengah, di pinggir, di depan DJ, disela-sela orang yang bermesraan, dan aku sendirian... Untung saja moodku sedang bagus, jadi kututup saja mataku. Kubiarkan musik yang iramanya semakin terasa di dada itu menyatu dengan tubuhku. Kubiarkan mereka membawaku kemana. Dan kalau sudah begini, aku paling tidak senang kalau aku membuka mata, tiba-tiba saja ada orang yang belagak menjadi partner dansaku. Biasanya tidak kuacuhkan dengan membalikkan tubuh atau pindah posisi.
Pantas saja. Malam itu aku terlihat sangat ramah. Hampir lupa, ternyata sebelum berangkat, aku menenggak 4 sedotan mushroom. Candu murahan + musik gratis, betapa indahnya. Dan ketika efeknya mulai tidak terasa, aku memesan sebotol bir.
DJnya lalu memberitahu salah seorang temanku, musiknya akan segera berakhir. Sebelum berhenti dalam keadaan menggantung, sebaiknya berhenti disaat perasaan senang sudah sampai ke ubun-ubun. Kami keluar, yang lainpun keluar. The party is over.
Kami lalu duduk-duduk di singgasana paling tinggi dari area peristirahatan yang disediakan club itu. Aku melihat kebawah dan mendapati beberapa orang sedang ngobrol dengan bahasa asing yang cukup familiar ditelingaku. "Wie geht est ihnen ?". I was still on a high. "Danke, gut". Selanjutnya obrolan basa-basi yang aku rasa perlu aku lakukan sebelum perasaan melayangnya hilang. Ngobrol dengan teman-teman hanya akan membuatku terlihat seperti pelawak saat itu. Saat 'seperti' itu.
Jam 4 lewat beberapa belas menit. Kami belum merasa ini waktunya tidur, meski satu-dua diantara kami ada yang sudah menguap. Lalu, selayaknya sedang pawai menyambut hari raya lebaran, kami memacu motor kami sombong melewati jalan-jalan. Tujuannya adalah, Circle-K Hard Rock. Ada 2 kelompok yang sudah terlebih dahulu nongkrong disana saat kami datang. Kami memilih kursi kayu panjang, karena akan lebih mudah untuk kami saling menghibur. Aku dan kelompokku tertawa seperti hanya ada suara kami yang memenuhi tempat itu. 2 kelompok yang lain tidak usahlah diceritakan. Intinya, yang kulakukan hanya mensarkasi mereka.
Jam 5 pagi. Target sudah terpenuhi, kamipun pulang. Di kost, disela-sela obrolan kecil antar kamar, semua orang mengganti baju, mencuci muka, dan mulai bersiap-siap tidur.
Aku terbangun dan melihat kearah jam. Baru saja aku tertidur setengah jam, suara mereka membangunkan aku. Perdebatan kecil tentang jadi tidaknya mereka Sholat Ied. Aku tidak mau tahu, aku kembali menutup mataku.
Lalu aku dibangunkan lagi. Kali ini bukan dengan suara, melainkan dengan guncang-guncangan kecil di punggung. Aku menggumam kecil. Seorang teman mulai mengguncang pipi kiriku. Setengah sadar aku menyimpulkan kalau mereka memutuskan untuk tidak ikut Sholat Ied. Ternyata pestanya belum berakhir benar.
Dreamland...
Dengan mobil tukeran-sewaan, kamipun berangkat. Jam di mobil masih belum menunjukkan angka 7. Aku belum pernah kesana sepagi ini apalagi dalam keadaan setengah sadar.
Pagi yang indah. Aku mengencangkan volume radio dan mendengarkan dua teman kami saling hujat. Tidak sadar aku bertepuk tangan. Kupikir, sebaiknya aku menyapa mereka dengan alibi request lagu. Begitu telfon diangkat, sontak isi mobil semua berteriak girang menyapa dua teman kami itu. Kami malah bernyanyi buat mereka. Hahahaha, kami semua bertepuk tangan.
Pagi yang indah, firasatku benar tentang hal ini. Aku menuruni tangga batu yang cukup tinggi dengan hati yang senang. Aku mencari lokasi terjauh dekat dengan tebing. Lalu diatas pasir putih hangat, diatas selembar kain pantai temanku, aku membaringkan tubuhku. Kupakai kacamata pemberian mama dan earphone walkman yang kubagi dua dengan temanku. Belum ada 10 orang dijam seperti ini. Menyenangkan.
Suara ombak yang konstan di telinga kiri dimixing dengan vokal Norah Jones ditelinga kanan. Rerumputan hijau dan langit biru yang bisa dilihat jelas keduanya jika kepala didongakkan keatas. Ada beberapa awan yang bentuknya menyerupai sesuatu menurutku, yang juga disetujui temanku. Ada yang bentuknya seperti jamur dan ada juga yang seperti anjing pudel sedang berlari dengan menggigit surat di mulutnya.
Lama-kelamaan semua suara jadi menghilang..
Ada lagi yang mengguncang-guncang tubuhku. Sekarang hampir jam 12, kami harus pulang. Pagi yang betul-betul indah. Aku tahu semua orang yang bersamaku saat itu setuju. Mereka membawanya dalam tidur.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home